Profil Desa Pucangsawit

Ketahui informasi secara rinci Desa Pucangsawit mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pucangsawit

Tentang Kami

Kelurahan Pucangsawit, Jebres, Surakarta: Profil lengkap wilayah urban di tepi Bengawan Solo. Temukan potensi wisata Taman Sunan Jogo Kali, dinamika UMKM kuliner dan kreatif, serta program unggulan seperti Kampung KB dan Kampung Iklim di sini.

  • Pusat Wisata dan Budaya Tepi Sungai

    Pucangsawit berhasil mentransformasi bantaran Sungai Bengawan Solo menjadi destinasi wisata unggulan melalui Taman Sunan Jogo Kali, yang menjadi panggung bagi berbagai atraksi budaya, musik, dan kuliner

  • Kawasan Progresif dengan Program Berbasis Komunitas

    Wilayah ini dikenal aktif dalam menjalankan program-program pemberdayaan masyarakat, seperti Kampung Keluarga Berkualitas (KB), Kampung Iklim, dan Kampung Bebas Asap Rokok, yang menunjukkan tingginya partisipasi warga dalam pembangunan

  • Dinamika Geografis dan Demografis yang Unik

    Secara geografis, Pucangsawit merupakan gerbang timur Surakarta yang padat penduduk, berbatasan langsung dengan Sukoharjo. Lokasinya di tepi Bengawan Solo memberikan tantangan mitigasi banjir sekaligus peluang unik pengembangan ekonomi dan wisata air

Pasang Disini

Terletak di ujung timur Kota Surakarta, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, menampilkan wajah sebuah kawasan urban yang dinamis dan berdaya. Dikenal luas berkat keberadaan Taman Sunan Jogo Kali di bantaran Sungai Bengawan Solo, Pucangsawit telah bertransformasi dari wilayah pinggiran menjadi salah satu destinasi rekreasi dan budaya yang diperhitungkan. Dengan populasi yang padat dan semangat kegotongroyongan yang kuat, kelurahan ini terus bergerak maju melalui serangkaian program inovatif berbasis komunitas, menjadikannya sebuah contoh nyata dari pengembangan wilayah yang partisipatif dan berkelanjutan di tengah tantangan perkotaan.

Geografi dan Demografi: Memetakan Potensi di Gerbang Timur Surakarta

Secara administratif, Kelurahan Pucangsawit memegang posisi strategis sebagai salah satu gerbang Kota Surakarta. Wilayahnya memiliki luas sekitar 127 hektar atau 1,27 kilometer persegi. Lokasinya berbatasan langsung dengan daerah lain yang penting secara ekonomi dan sosial. Di sebelah utara, Pucangsawit berbatasan dengan Kelurahan Jebres. Di sisi timur, wilayahnya bersinggungan dengan Kelurahan Jagalan dan Kelurahan Sewu, yang masih berada dalam satu kecamatan. Batas selatan dan barat menjadi penanda geografis yang paling signifikan, di mana aliran Sungai Bengawan Solo memisahkannya dengan wilayah Kabupaten Sukoharjo, yaitu Gadingan dan Desa Palur di Kecamatan Mojolaban.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta tahun 2023, jumlah penduduk di Kelurahan Pucangsawit tercatat sebanyak 14.495 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, tingkat kepadatan penduduknya mencapai sekitar 11.413 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan Pucangsawit merupakan salah satu kawasan permukiman yang cukup padat di Kota Surakarta. Struktur pemerintahannya didukung oleh 15 Rukun Warga (RW) dan 56 Rukun Tetangga (RT), yang menjadi tulang punggung pelayanan masyarakat dan mobilisasi program-program pembangunan hingga ke tingkat akar rumput. Letak kantor kelurahan yang beralamat di Jalan Ir. Juanda Nomor 261, dengan kode pos 57125, memudahkan akses bagi warga dalam mengurus keperluan administrasi.

Secara historis, nama Pucangsawit diyakini berasal dari kondisi wilayahnya di masa lampau yang banyak ditumbuhi pohon pinang atau pucang. Sebelum berkembang menjadi permukiman padat seperti sekarang, sebagian besar lahannya merupakan area persawahan kering tadah hujan dan tegalan, menunjukkan perubahan fungsi lahan yang masif seiring dengan perkembangan kota.

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru dari Bantaran Sungai

Potensi terbesar yang menjadi ikon baru Pucangsawit ialah sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Transformasi bantaran Sungai Bengawan Solo menjadi ruang publik multifungsi merupakan pencapaian penting bagi kelurahan ini. Inovasi ini tidak hanya mengubah wajah lingkungan tetapi juga menggerakkan roda perekonomian lokal secara signifikan.

Pusat dari geliat ini yaitu Taman Sunan Jogo Kali. Fasilitas publik yang dibangun oleh Pemerintah Kota Surakarta ini menjelma menjadi magnet rekreasi bagi warga kota dan sekitarnya. Taman ini bukan sekadar ruang terbuka hijau, melainkan sebuah panggung besar bagi berbagai aktivitas. Pada malam hari, area ini hidup dengan puluhan stan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjajakan aneka kuliner, mulai dari makanan ringan hingga hidangan khas angkringan. Keberadaan sentra kuliner ini memberikan kesempatan bagi para pelaku usaha lokal untuk berkembang dan meningkatkan pendapatan keluarga.

Lebih dari itu, Taman Sunan Jogo Kali berfungsi sebagai pusat kebudayaan. Panggung yang tersedia secara rutin menampilkan pertunjukan seni, seperti grup musik lokal dengan berbagai genre, orkes keroncong, hingga pagelaran akbar Sendratari Ramayana. Atraksi budaya ini berhasil menarik minat wisatawan dan meneguhkan citra Pucangsawit sebagai kawasan yang peduli pada pelestarian seni tradisi. Di samping geliat modern, Pucangsawit juga masih merawat kearifan lokal, salah satunya melalui grup musik tradisional "Musik Bambu Deling Sekar Sawit" di RW 12, sebuah warisan budaya turun-temurun yang terus dilestarikan.

Dukungan terhadap UMKM tidak terbatas pada sektor kuliner. Berbagai produk kreatif lainnya juga mulai bermunculan, sejalan dengan potensi besar Kecamatan Jebres sebagai salah satu pusat industri kreatif berorientasi ekspor di Surakarta. Beberapa usaha seperti rumah makan "WM Raos Eco" turut meramaikan peta kuliner di wilayah ini. Melalui lembaga seperti Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), masyarakat lokal dilibatkan secara aktif untuk mengelola dan mengembangkan potensi wisata secara mandiri dan berkelanjutan.

Pembangunan Sosial dan Program Komunitas Unggulan

Kekuatan utama Pucangsawit terletak pada modal sosialnya yang kuat, yang termanifestasi dalam berbagai program pembangunan berbasis komunitas. Sejak lama, kelurahan ini menjadi lokus bagi sejumlah inisiatif penting yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup warganya.

Pada tahun 2016, Pucangsawit dicanangkan sebagai Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB). Penunjukan ini didasari oleh keberhasilan program keluarga berencana di wilayah padat penduduk ini. Program Kampung KB tidak hanya berfokus pada pengendalian laju penduduk, tetapi juga mengintegrasikan berbagai layanan, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga pemberdayaan ekonomi keluarga melalui kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Keberhasilan program ini didukung oleh berbagai kelompok kegiatan seperti Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), dan Bina Keluarga Lansia (BKL).

Seiring meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan, Pucangsawit juga menginisiasi Program Kampung Iklim (Proklim). Program yang dimulai sejak 2014 ini berfokus pada upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Aksi nyata seperti pengelolaan sampah, penghijauan, dan konservasi air dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat. Inisiatif ini menjadikan warga sebagai aktor utama dalam menjaga kelestarian lingkungan permukiman mereka.

Selain itu, terdapat pula program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) yang menyasar penanggulangan kemiskinan melalui perbaikan infrastruktur dasar dan pemberdayaan masyarakat. Inisiatif kesehatan lainnya yang patut dicatat yakni penetapan Kampung Bebas Asap Rokok di wilayah RW XV, yang merupakan implementasi dari Peraturan Daerah Kota Surakarta tentang Kawasan Tanpa Rokok. Keputusan yang didukung penuh oleh warga ini menunjukkan komitmen untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat, terutama bagi anak-anak, ibu hamil, dan lansia.

Semua program tersebut berjalan efektif berkat sinergi antara pemerintah kelurahan dengan lembaga kemasyarakatan yang aktif, seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Karang Taruna.

Infrastruktur, Lingkungan, dan Tantangan Masa Depan

Sebagai kelurahan yang berada di tepi sungai besar, Pucangsawit memiliki infrastruktur dan kondisi lingkungan yang khas. Keberadaan Sungai Bengawan Solo menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memberi ruang untuk pengembangan pariwisata air dan ruang terbuka hijau. Di sisi lain, wilayah ini memiliki kerentanan terhadap bencana banjir, terutama saat musim penghujan ketika debit air sungai meningkat. Catatan historis menunjukkan beberapa area di Pucangsawit pernah terdampak luapan sungai, menjadikan kesiapsiagaan bencana sebagai salah satu prioritas bagi pemerintah dan masyarakat setempat.

Dari sisi fasilitas publik, Pucangsawit terbilang lengkap. Terdapat berbagai lembaga pendidikan formal dari tingkat dasar hingga menengah. Di bidang pemakaman, kelurahan ini menjadi lokasi bagi beberapa tempat pemakaman penting di Surakarta, antara lain Tempat Pemakaman Umum (TPU) Purwoloyo, Pemakaman Katolik Pucang Sawit, dan yang paling utama, Taman Makam Pahlawan Kusuma Bhakti, sebuah situs yang menjadi tempat peristirahatan terakhir para pahlawan dan pejuang bangsa.

Ke depan, Pucangsawit dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan laju pembangunan dengan daya dukung lingkungan. Pengelolaan sampah di kawasan padat penduduk, mitigasi risiko banjir yang berkelanjutan, serta penataan permukiman agar tetap layak huni merupakan agenda penting yang harus terus dikawal. Namun dengan modal sosial yang kuat dan rekam jejak program berbasis komunitas yang berhasil, Kelurahan Pucangsawit menunjukkan optimisme. Wilayah ini telah membuktikan bahwa dengan kolaborasi dan inovasi, kawasan pinggir sungai mampu bertransformasi menjadi etalase kemajuan kota yang membanggakan.